Minggu, 23 November 2008

Tentang Pembantu Rumah Tangga (PRT)

Mengapa aku memposting tulisan dengan judul di atas ?
Aku memposting judul di atas karena tergelitik dengan tema pembicaraan dari teman-teman di kantorku yang setiap hari membicarakan topik tentang pembantu rumah tangga (PRT). Aku dan Istri sendiri kebetulan tidak punya PRT, jadi tulisan ini adalah sudut pandang dari seorang pengamat murni.

Pembicaraan teman-temanku rata-rata berkisar tentang carakerja, sikap PRT dan keinginan serta harapan dari para majikan yang sepertinya bertolak belakang dengan yang dikerjakan para PRTtersebut. Rata-rata teman-temanku tersebut mengecam, tidak puas, cenderung menghakimi terhadap kesalahan dari para PRT tersebut.
Tulisan ini mengajak para pembaca untuk sedikit berpikir dan menganalisa tentang latar belakang para PRT tersebut sehingga sikap meremehkan, menghakimi dan menyalahkan sedikit terkurangi dan digantikan dengan sikap hormat, dan kagum atas pilihan terpaksa mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Kita mulai dari latar belakang sosial ekonomi dari rata-rata PRT tersebut berasal.Mereka terutama berasal dari desa-desa miskin di pelosok Jawa Tengah dan rata-rata hanya mengenyam pendidikan SLTP. Kita perhatikan disini. Mereka dari desa yang miskin, dan karena tuntutan ekonomi harus putus sekolah hanya sampai SLTP dan dalam usia yang sangat muda, kebanyakan yang diceritakan oleh teman-temanku, saat pertama kali kerja usia sekitar 14/15 tahun. Masih sangat muda dan mereka karena keterpaksaaan keadaan harus bekerja sebagai PRT.
Karena usia yang masih muda maka mereka rata-rata mempunyai rasa minder dan takut terhadap tuannya, minder dan takut dalam skala yang berlebihan sehingga malah mempersulit pekerjaan mereka, karena tidak berani bertanya, dan karena pekerjaan mereka tidak beres akhirnya kena marah dan karena kena marah akhirnya minder dan rasa takut itu menjadi semakin besar. Seperti lingkaran setan yang tidak berakhir. Ketakutan dan rasa minder yang menghasilkan ketakutan dan rasa ,mider yang semakin besar.
Sikap sebagai majikan seharusnya adalah sikap kasihan karena kondisi sosial ekonomi mereka yang terpinggirkan tersebut. Dalam usia yang muda, teman-teman sebayanya yang mempunyai kemampuan ekonomi cukup sedang asyik bersekolah menuntut ilmu sedangkan mereka sudah harus bekerja di sebuah rumah yang asing dan kota yang asing, mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tangga. Apakah tidak timbul rasa dan keinginan dari hati mereka untuk mengecap pendidikan dan mengecap suasana yang sama, bermain dengan teman-teman sebaya di sekolah dan lain sebagainya, sehingga akumulasi dari keinginan dan harapam yang tidak terkabul ini tentu akan mengakibatkan mereka bersedih hati.
Kesedihan ini mungkin akan tetap bertahan dalam waktu yang lama,sampai mereka dewasa, kesedihan ini pasti akan tetap muncul. Karena menurut teori sosial, pengalaman dan kesedihan di masa remaja akan terus teringat. Sehingga apabila ada seorang pembantu yang usianya sudah cukup dewasa tapi dari umur 15 tahun ia telah jadi pembantu maka perasaaan minder, takut, sedih yang mereka rasakan akan terus teringat.
Untuk itu,janganlah para majikan menuntut hal yang sedemikian tinggi terhadap para pembatu. Perlakukan mereka dengan baik. Bila pekerjaan mereka salah, mohon dimaklum. Mungkin selama hidup mereka, saat pertama kali jadi PRT adalah pengalaman pertama mereka berhadapan dengan alat -alat rumah tangga modern. Setrika modern listrik, kompor gas, kulkas, dan lain sebagainya. Mungkin ini adalah pengalaman pertama mereka sehingga mereka mengalamai banyak kesulitan.Maafkan sikap meraka. Perlakuan ini juga mencakup sikap hormat terhadap mereka sebagai manusia, sikap tidak meremehkan mereka, karena mereka menjadi pembantu karena terpaksa dan mereka adalah orang yang terdholimi oleh keadaaan. Keadaan ekonomi yang mendesak, marjinal.
Seandainya mereka cukup mampu, tentu tidak akan mau menjadi pembantu rumah tangga. Andaikan ada pekerjaan yang lebih baik dan tersedia akses ke pekerjaan yang baik tersebut tentulah mereka tidak akan mau menjadi PRT.
Berterima kasihlah kepada PRT,karena dengan PRT hidup para majikan menjadi lebih nyaman. Tidak perlu mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri, ngepel sendiri, memasak mencuci sendiri, semuanya dikerjakan pembantu. Perlakukan secara baik, beri imbalan yang layak, berilah mereka hari libur, karena mereka juga perlu hiburan. Dan yang paling penting hormatilah mereka sebagai manusia dan lemah lembutlah karena mereka benar-benar orang yang terdholimi oleh kondisi negara yang tidak bisa mensejahterakan seluruh rakyatnya ini.
Selamat bekerja....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar