Senin, 13 April 2009

Wapres paling tepat SBY adalah Muhaimin Iskandar


Penulis pernah membayangkan sebuah skenario politik menyusul hasil pemilu legislatif dan perolehan suara dari masing-masing pemilu pada pemilu 9 April kemarin.
Sebuah skenario yang menjadikan Muhaimin Iskandar sebagi calon Wapres dari SBY.Sebagai pemenang pemilu maka partai Demokrat mempunyai kewenangan dan kebebasan untuk menentukan sebuah koalisi, tentu tidak terlepas dari berbagai pertimbangan untung rugi politik, tidak hanya dalam 5 tahun kedepan, tetapi juga sebuah bentuk perpolitikan dalam 10 / 15 tahun mendatang.
Mengapa SBY harus menggandeng Muhaimin Iskandar, bukan menggandeng Hidayat Nur Wahid atau calon Wapres dari Golkar / Jusuf Kalla.. ???

Skenario Pertama. 
SBY tidak perlu mempunyai kekhawatiran terhadap sang Wapres bahwa kelak dalam pemilu tahun 2014 sang Wapres akan maju sebagai Capres dan akhirnya akan mampu mengalahkan kekuatan Partai Demokrat sebagai Partai yang dominan di Indonesia sekarang.Bila Hidayat Nur Wahid (HNW) di pilih sebagai Cawapres, maka besar kemungkinan, dan ini adalah sebuah kemungkinan yang sangat ilmiah dan masuk akal, bahwa nanti di pemilu 2014 HNW akan maju sebagi Capres dan kemungkinan akan menang karena selama 5 tahun sebelumnya tentu HNW dan PKS telah membuat jaringan-jaringan politik yang tentunya lebih dahyat di banding saat ini, dengan berbagai fasilitas dan kewenangan Wapresnya, dan tentunya pada tahun 2014 PKS akan mempunyai modal politik yang sangat besar dan kemungkinan besar dapat memenangkan pemilu. Apakah prediksi seperti ini di sadari oleh kubu SBY, dan apakah nanti kebesaran PKS akan mengurangi kebesaran dari Demokrat, tentu perlu penelitian lebih lanjut, tetapi sebenarnya hal ini telah dapat diramalkan.
Dan PKS sangat berambisi dan berkeinginan untuk menjadi Cawapresnya SBY. Terbukti dengan sebuah pernyataan PKS bahwa PKS akan mundur dari koalisi dengan Demokrat apabila Golkar masuk ke dalam koalisi dan tentunya Golkar yang mendapat jatah Cawapres, karena suara Golkar lebih besar dari PKS. Dengan kata lain, bila Cawapresnya bukan dari PKS maka PKS akan menarik dukungannya dari Demokrat. Hal ini tentu menjadi sebuah pemikiran politik bagi kubu demokrat apabila tetap ingin menggandeng HNW sebagai Cawapres, karena kelak, 5 tahun lagi PKS akan menjadi rival yang tangguh bagi Demokrat.

Skenario kedua .
SBY tetap mengajak Golkar  dan menggandeng kader Golkar sebagai Cawapres, entah itu Yusuf Kalla atau kader yang lain. Tetapi Demokrat tentu masih ingat dengan kejadian beerapa waktu sebelum pemilu bahwa para petinggi Golkar ngotot akan mencalonkan kadernya sendiri sebagai Capres, dan menarik dukungannya dari Demokrat karena merasa peolehan suara partainya dulu lebih besar dari Demokrat. Tetapi kenyataan di pemilu 2009 lain. Suara Golkar hancur dan hanya menjadi nomor 2, dibawah Demokrat. Bila Golkar menerima tawaran Demokrat menjadi Cawapres berarti Golkar menarik dan menelan ludahnya sendiri, menarik omongannya sendiri. Tetapi memang begitulah , tiada yang abadi di dunia politik. Tetapi bila Cawapresnya dari Golkar maka Demokrat harus siap kehilangan dukungan dari PKS, seperti yang dinyatakan oleh salah satu petinggi PKS di media , bahwa mereka akan menarik dukungannya bila Golkar masuk dan di berikan jatah Cawapres.

Skenario Ketiga.
SBY mengajak kader dari PKB sebagi Cawapresnya, dalam hal ini Muhaimin Iskandar. Posisi Muhaimin akan di terima, baik oleh pihak PKS maupun Golkar. Dan Muhaimin dan PKB tentunya bukanlah sebuah ancaman bagi perolehan suara Demokrat di pemilu di tahun 2014. Dan Muhaiin telah terbukti sebagai seorang generasi muda yang tangguh, yang telah dididik oleh Gus Dur dengan didikan politik yang mumpuni, sehingga mampu menjadi politisi handal dan dip erhitungkan.

Demikian sebuah analisa dari penulis..
Boleh para pembaca bersepakat ataupun tidak bersepakat denan pendapat penulis. 

....

...

..

.



1 komentar: